Menjemputmu



Sangatlah sulit menahan jeritanku menerobos keluar kerongkongan. Setelah susah payah menahan, akhirnya kata-kata yang keluar dari bibirku hanyalah, “Ka-kamu?”

“Iya, ini aku. Boleh aku masuk?”

Gemetaran dari ujung kepala sampai ujung kaki, aku mempersilakan ia masuk. Sekilas kuamati sosoknya. Wajahnya kini berhiaskan janggut lebat dan… bekas luka?

“Kenapa kamu luka-luka begitu?” tanyaku tanpa





Artikel Terkait